Pemerintah Indonesia dan masyarakat Aceh menggunakan kesempatan: pemerintah Indonesia dan GAM menandatangani perjanjian perdamaian bersejarah dan menangnya mantan anggota GAM dalam kursi pemerintahan secara bebas dan pemilihan yang adil di provinsi dan administrasi kabupaten. Sulit dibayangkan perputaran yang sangat hebat dan yang bersemangat di sebuah daerah di mana tiga tahun yang lalu terputus dari dunia luar.
Gempa bumi dan tsunami
Tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi sebesar 9.0 skala Richter (Sumber: Survei Geologis Amerika Serikat) menimpa daerah pesisir Sumatera, Indonesia. Gempa bumi yang paling dasyat di dunia yang pernah terjadi dalam suatu generasi. Pusat gempa ada sekitar 150 km Selatan Meulaboh dan 250 km dari Banda Aceh, ibukota provinsi Aceh. Gempa bumi berasal dari tempat yang dangkal, kirakira 30 km dibawah laut Hindia. Kalau dilihat energi yang dikeluarkan, merupakan suatu bencana yang paling buruk di Indonesia sejak meletusnya Krakatau di 1883.
Gempa bumi menyebabkan tsunami yang sangat besar dengan kecepatan melalui Samudera Hindia menghempas ke daerah pesisir pantai di beberapa negara dengan dampak yang sangat besar yang tidak bisa dibayangkan di Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India dan Bangladesh begitu juga di negara Asia dan Afrika timur, memakan korban lebih dari 150,000 orang di daerah Samudera Hindia.
Tsunami dengan kecepatan tinggi dan 45 menit setelah gempa bumi menghantam daerah pesisir Aceh dan dalam hitungan menit menyapu bersih deretan pesisir Aceh sejauh 800km-sama besarnya dengan pesisir yang ada dari San Fransisco ke San Diego. Lebih dari 110,000 orang meninggal di Indonesia sendiri dengan lebih dari 700,000 orang hidup tapi kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka tersapu bersih atau tersisa puing-puingnya saja. Tsunami telah menyebabkan kerusakan yang tidak bisa dibayangkan dan skala kerusakkan terhadap ekonomi daerah, infrastruktur dan administrasi tidak bisa diukur. Dalam sekejap hidup dan keamanan ratusan ribu orang yang selamat porak poranda.
Hanya tiga bulan kemudian, gempa bumi lain yang besar menimpa pulau Nias menyebabkan kerusakan tambahan yang hebat. Besarnya musibah ini mengundang banyak belas kasihan dan bantuan dari seluruh dunia. Masyarakat pribadi memberikan jumlah bantuan yang besar dan pedonor yang dengan baik hati membantu mereka yang selamat.
Musibah-musibah ini menyebabkan kehancuran sosial, ekonomi dan lingkungan yang besar di daerah yang sudah miskin, sedangkan mengundang banyak bantuan darurat yang belum pernah dilakukan. Sebelum tsunami, lebih dari 28 persen populasi Aceh dan Nias hidup dalam kemiskinan dan pemulihan dengan cepat lebih dirumitkan dengan latarbelakang konflik berkepanjangan di Aceh.
Estimasi total kerusakan dan kerugian dari bencana di Indonesian ini sebesar Rp. 41.4 bilyar, atau AS$4.45 milyar. Dari keseluruhannya, 66 persen merupakan kerusakan, sedangkan 34 persen merupakan kerugian dalam bentuk pemasukan ekonomi. Kerusakkan ini memberikan gambaran pada hilangnya aset di negara juga dasar-dasar untuk mendefinisikan program rekonstruksi.
Sektor yang paling terkena dampaknya adalah sektor swasta yang didominasi oleh aset dan kegiatan yang langsung terkait dengan kehidupan pribadi masyarakat kota dan pedesaan: perumahan, perdagangan, pertanian dan perikanan dan transportasi dan jasa layanan (AS$2.8 milyar atau 63 persen dari total kerusakan dan kerugian). Kerusakan di sektor publik yang paling besar, sektor sosial dan administrasi pemerintah (AS$1.1 milyar atau 25 persen dari total kerusakan dan kerugian). Ada juga kerusakan lingkungan di sekitar terumbu karang dan daerah rawa/ hutan bakau dan juga rusaknya berhektar-hektar lahan tanam.
Penilaian di sektor kerusakkan dan kerugian
Sumber: World Bank, Mar 2007
Dampak Tsunami | Aceh | Nias |
Korban | 129,775 | 961 |
Orang yang hilang | 36,786 | 18 |
Orang yang kehilangan tempat tinggal | 192,055 | 42,200 |
Rumah yang perlu perbaikan (1) | 78,000 | - |
Rumah yang perlu dibangun kembali(1) | 128,000 | 13,500 |
Sekolah yang rusak porak pordana | 2,087 | - |
Tempat layanan kesehatan yang rusak | 106 | 16 |
Tempat penyedian sumber air yang rusak | 10,124 | - |
Kapal pencari ikan yang hilang | 4,717 | - |
Berhektar-hektar tambak ikan yang rusak | 20,000 | - |
Petani yang kehilangan tempat tinggal | 60,000 | - |
Sumber: tsunami Recovery Indicators, UNIMS and BRR December 2005. (1) BRR, CFAN 3 Summit, April 2006 |
Daerah Rekonstruksi
Mengenali seberapa jauh kerusakan ini, Pemerintah Indonesia menyatakan tsunami di Aceh merupakan bencana nasional.Tanggapan internasional yang ada datang dari segala penjuru dunia. 133 negara menyediakan bantuan terhadap misi kemanusiaan ini. Mengikuti akhir dari tahap respon darurat kemudian pemerintah membentuk badan yang bertanggung jawab terhadap koordinasi dan pelaksanaan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi untuk Aceh dan Nias, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk daerah dan masyarakat Aceh dan Nias.
Pemerintah telah menyetujui dana nasional sejumlah AS$ 2.3 milyar (Rp 21 trilyun) untuk program rekonstruksi dan rehabilitasi selama 5 tahun (lihat tabel di bawah). Pada bulan Juni 2007, BRR telah menghabiskan 60 persen anggaran sampai saat ini, menciptakan kebutuhan untuk membawa dana yang tidak dipakai ke tahun berikutnya.
BRR’s Annual debt moratorium | |
2005 | AS$ 271,200,000 |
2006 | AS$ 754,940,000 |
2007 | AS$ 852,390,000 |
2008 | AS$ 505,430,000 |
TOTAL | AS$2,383,960,000 |
Sumber: BRR |
Bersama dengan program bantuan pemerintah, jumlah bantuan yang belum bisa ditentukan berasal dari masyarakat internasional dengan bantuan untuk rekonstruksi dan pembangunan sebesar AS$8 milyar. Dengan dukungan bantuan yang besar, pemerintah meminta Bank Dunia untuk membentuk dana dari Multi Donor Fund (MDF) sebagai salah satu mekanisme untuk memastikan penyediaan bantuan keuangan yang terkoordinir dan efisien. MDF memberikan kontribusi yang efisien dan efektif terhadap rekonstruksi perbaikan Aceh dan Nias dengan mengumpulkan sumber donor dan menyediakan forum bagi dialog kebijakan dan koordinasi donor.
Sejarah Aceh
Konteks Sejarah |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar